PILIH-PILIHLAH DALAM BERTEMAN -BAIK DI DUNIA NYATA MAUPUN DI DUNIA MAYA-!!

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah -rahimahullaah- berkata:

“Yang dimaksud dengan barakah (keberkahan) seseorang adalah: dia mengajarkan kebaikan di mana pun dia berada dan memberikan nasihat kepada setiap orang yang berkumpul dengannya. Allah Ta’aalaa berfirman mengabarkan tentang (perkataan Nabi ‘Isa) Al-Masih -‘alaihis salaam-:

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ…

“dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada…” (QS. Maryam: 31)

Yakni: mengajarkan kebaikan, berdakwah mengajak kepada Allah, mengingatkan tentang-Nya dan mendorong untuk taat kepada-Nya. Inilah yang dimaksud keberkahan seseorang.

Barangsiapa yang tidak memilki sifat-sifat ini; maka dia tidak mempunyai berkah, bertemu dan berkumpul dengan orang semacam ini adalah tidak berkah, bahkan keberkahan orang yang bertemu dan berkumpul dengannya dihapus. Karena orang semacam ini hanya menyia-nyiakan waktu untuk membicarakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dan merusak hati.

Setiap cacat yang masuk pada seorang hamba; maka sebabnya adalah: terbuangnya waktu dan rusaknya hati, dan hal itu akan mengakibatkan hilangnya bagian dia disisi Allah dan dan berkurangnya derajat dan kedudukan dia disisi-Nya. Karena; kapan saja waktu disia-siakan dan hati ditimpa kerusakan; maka semua perkara hamba akan sia-sia, dan termasuk kedalam firman Allah:

…وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

“…dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan perkaranya sia-sia.” (QS. Al-Kahfi: 28)

Siapa saja yang memperhatikan keadaan makhluk; niscaya akan dia dapatkan keadaan mereka semua -kecuali sedikit- termasuk orang-orang yang hatinya lalai dari mengingat Allah -Ta’aalaa-, mengikuti hawa nafsu mereka dan perkara-perkara serta kemaslahatan-kemaslahatan mereka menjadi sia-sia; yakni: mereka kurang memperhatikan hal-hal yang bermanfaat dan mengandung maslahat bagi mereka, mereka sibuk dengan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi mereka, bahkan berbahaya bagi mereka; baik di dunia maupun di akhirat.

Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa- telah memerintahkan Rasul-Nya agar tidak mentaati mereka. Maka (dari sini kita ambil kesimpulan-pent): KETA’ATAN KITA KEPADA RASUL -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- TIDAK AKAN SEMPURNA KECUALI DENGAN TIDAK TA’AT KEPADA MEREKA; KARENA MEREKA HANYALAH MENGAJAK KEPADA HAL-HAL YANG SESUAI DENGAN MEREKA; BERUPA: MENGIKUTI HAWA NAFSU DAN LALAI DARI DZIKIR (MENGINGAT) ALLAH.”

[Risaalah Ibnil Qayyim Ilaa Ahadi Ikhwaanihi (hlm. 3-4)]